SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI
A. Sejarah Bioteknologi
Hobbelink (1988) menyatakan bahwa
bioteknologi sebagai suatu teknologi sebenarnya bukanlah hal baru.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun
yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad
ke-19. Prinsip dasar upaya pembuatan makanan tersebut pada umumnya sama, yaitu
sejumlah bahan dasar didedahkan (exposure) ke jasad renik tertentu yang
akan mentransformasikan bahan dasar (anggur, barley, susu atau gandum) menjadi
produk yang diinginkan. Selain pembuatan bir, bioteknologi juga diterapkan pada
proses pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian dan pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan
bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat
proses fermentasi yang tidak
sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin
dapat dilakukan secara massal (Defri, 2008).
Pada masa ini, bioteknologi
berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai
dengan ditemukannya berbagai macam teknologi, misalnya teknologi yang berkaitan
dengan rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk, dan kloning. Teknologi ini
memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun
kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan
sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan
atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika,
kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan
produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman
biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan.
Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian
zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan
bakteri jenis baru. Kini, bioteknologi modern dapat menghasilkan
produk-produk yang bersumber dari sel (cellular product) dan dapat
dilakukan melalui transformasi biologis (biotransformation). Terlebih
lagi bioteknologi modern dalam prosesnya dapat dipengaruhi serta
dikendalikan sepenuhnya oleh manusia sebagai pelakunya (Defri, 2008).
B. Periode Perkembangan Bioteknologi
Perkembangan bioteknologi dapat
dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1.
Periode
bioteknologi tradisional (bioteknologi
konvensional)
Pada periode
ini, merupakan bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme secara langsung
dan belum tahu adanya penggunaan enzim. Proses pembuatan makanan dengan teknik
konvensional ini masih sangat sederhana dan hanya dilakukan dalam skala kecil.
Manusia belum melakukan penelitian secara ilmiah bahwa pada peristiwa
fermentasi yang mengubah bahan dasar menjadi bahan makanan yang lebih tahan
lama, merupakan hasil dari proses metabolisme mikroorganisme. Pada periode ini,
belum ada penelitian mengenai fenomena yang terjadi, karena semua berawal dari
ketidaksengajaan.
Periode ini
ditandai dengan adanya peristiwa sebagai berikut:
·
Pada masa 8000
SM, bangsa Babilonia, Mesir dan Romawi telah mengenal cara bercocok tanam yang
baik dengan cara pengumpulan dan pemilihan benih untuk ditanam. Selain itu, di
bidang peternakan, mereka telah mengembangbiakkan hewan ternak secara selektif
untuk peningkatan kualitas ternak.
·
Pada masa 6000
SM, manusia mengetahui cara membuat minuman bir dan anggur menggunakan teknik
fermentasi. Selain itu, juga membuat roti dengan bantuan ragi.
·
Pada masa 4000
SM, bangsa Tionghoa telah membuat yogurt dan keju dari susu dengan bakteri asam
laktat.
·
Pada masa 1500
SM, bangsa Aztec memanfaatkan gangga sebagai sumber makanan (Anonim, 2010).
2.
Periode
bioteknologi ilmiah
Pada
perkembangan bioteknologi selanjutnya, manusia mulai menyadari bahwa fenomena
yang terjadi pada proses fermentasi tidak terjadi dengan sendirinya. Oleh
karena itu, rasa ingin tahu mendorong mereka untuk melakukan penelitian yang
menggunakan prinsip-prinsip ilmiah.
Periode
bioteknologi ilmiah ditandai dengan munculnya banyak penelitian ilmiah dalam
berbagai bidang, antara lain yaitu:
·
Pada tahun
1665, penemuan sel oleh Robert Hooke pada sayatan gabus yang diamati dengan
mikroskop sederhana.
·
Pada tahun
1670, pemanfaatan mikroba dalam usaha penambangan tembaga di Rio Tinto, Spanyol
·
Pada tahun
1686, ditemukan lensa mikroskop yang lebih maju oleh Antony Van Leeuwenhoek
yang dapat digunakan untuk melihat mikroba. Karena penemuannya tersebut, Antony
menjadi manusia pertama yang melihat mikroba. Setelah penemuan lensa mikroskop
tersebut, penelitian tentang mikroorganisme semakin berkembang pesat.
·
Tahun 1800,
Nikolai I. Vavilov menciptakan penelitian yang komprehensif tentang
perkembangbiakan hewan.
·
Tahun 1856 -
1865, Gregor Mendel mengawali penelitian genetika tumbuhan dengan menggunakan
tanaman kacang ercis. Pada akhirnya dari penelitian tersebut Mendel menemukan
hukum pewarisan sifat induk pada turunannya.
·
Tahun 1870,
ditemukannya mikroba dalam makanan dan minuman oleh Louis Pasteour, yang
merupakan awal berkembangnya bidang mikrobiologi
·
Tahun 1890,
ditemukannya alkohol yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor
·
Tahun 1897,
ditemukannya enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah gula menjadi alkohol
oleh Eduard Buchner
·
Tahun 1912 --
1915, pada tahun inilah ditemukan teknik pengelolahan limbah dengan menggunakan
mikroba. Selain itu, mulai ditemukan pula produksi aseton, butanol, dan
gliserol dengan menggunakan bakteri
·
Tahun 1919,
mulailah digunakan kata “bioteknologi” oleh seorang insinyur berkebangsaan
Hongaria bernama Karl Ereky
·
Tahun 1928,
merupakan tahun ditemukannya zat antibiotik “penisillin” oleh Alexander
Fleeming
·
Tahun 1953,
ditemukannya struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh Crick dan Watson
·
Pada tahun
1994, mulailah diproduksi penisillin dalam jumlah besar
3.
Periode
bioteknologi modern
Perkembangan
bioteknologi modern berdasarkan atas hasil penelitian ilmiah diketahui orang
berupaya dapat menghasilkan produk secara efektif dan efisien.
Periode
bioteknologi modern diawali dengan perkembangan pesat dalam bidang genetika,
yaitu:
·
Teknik rekayasa
genetik pada tahun 1970-an. Era rekayasa genetik dimulai dengan penemuan enzim
endonuklease restriksi oleh Dussoix dan Boyer. Adanya enzim tersebut
memungkinkan kita dapat memotong DNA pada posisi tertentu, mengisolasi gen dari
kromosom suatu organisme, dan menyisipkan potongan DNA lain yang dikenal dengan
teknik DNA rekombinan.
·
Setelah
penemuan enzim endonuklease restriksi, pada tahun 1976 dimulai program
bahan bakar alkohol dari Brazil dan teknologi hibridoma yang menghasilkan
antibodi monoklonal.
·
Pada tahun
1980, Rank Hovis Mc. Dougall diberikan izin untuk memasarkan produk jamur yang
dapat dikonsumsi oleh manusia.
·
Peran teknologi
rekayasa genetik pada era ini semakin terasa dengan diizinkannya penggunaan
insulin hasil percobaan rekayasa genetik untuk pengobatan penyakit diabetes di
Amerika Serikat pada tahun 1982. Insulin buatan tersebut diproduksi oleh
perusahaan Eli Lilly Company.
·
Pada tahun
2000-2005, proyek genom manusia dimulai dan berhasil dilakukan, sehingga peta
genom manusia dapat dibuat secara utuh. Hingga saat ini, penelitian dan
penemuan yang berhubungan dengan rekayasa genetik terus dilakukan. Misalnya
dihasilkan organisme transgenik penelitian genom makhluk hidup (Anonim, 2008).
Komentar
Posting Komentar