Sejumlah karya tentang
astronomi terlahir dari buah pikirnya. Salah satu karyanya yang paling populer
adalah al-Zij al-Sabi. Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para
ahli astronomi Barat selama beberapa abad, selepas Al-Battani meninggal dunia.
Ia berhasil menentukan perkiraan awal bulan baru, perkiraan panjang matahari, dan
mengoreksi hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-planet
tertentu.
Al-Battani juga mengembangkan
metode untuk menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Ia memiliki peran yang
utama dalam merenovasi astronomi modern yang berkembang kemudian di Eropa.
2. Al-Sufi (903-986M)
Orang Barat menyebutnya Azophi.
Nama lengkapnya adalah Abdur Rahman as-Sufi. Al-Sufi merupakan sarjana Islam
yang mengembangkan astronomi terapan. Ia berkontribusi besar dalam menetapkan
arah laluan bagi matahari, bulan, dan planet dan juga pergerakan matahari.
Dalam Kitab Al-Kawakib as-Sabitah Al-Musawwar, Azhopi menetapkan ciri-ciri
bintang, memperbincangkan kedudukan bintang, jarak, dan warnanya. Ia juga ada
menulis mengenai astrolabe (perkakas kuno yang biasa digunakan untuk mengukur
kedudukan benda langit pada bola langit) dan seribu satu cara penggunaannya.
3. Ibnu Yunus (950-1009M)
Ibnu Yunus bernama lengkap Abu
al-Hasan Ali abi Said Abd al-Rahman ibnu Ahmad ibnu Yunus al-Sadafi al-Misri. a
adalah astronom agung yang terlahir di negeri piramida, Mesir. Sayangnya,
sejarah kehidupan masa kecilnya nyaris tak ditemukan. Para sejarawan terbagi
dalam dua pendapat soal tahun kelahiran sang ilmuwan.
Sebagian kalangan meyakini Ibnu
Yunus lahir pada tahun 950 M dan ada pula yang berpendapat pada 952 M. Ibnu
Yunus terlahir di kota Fustat, Mesir. Pada saat masih belia, sang astronom
legendaris itu menjadi saksi jatuhnya Mesir ke genggaman Dinasti Fatimiyah.
Kekhalifahan yang menganut aliran Syiah itu mendirikan pusat kekuasaannya di Kairo
pada 969 M. Karya penting Ibnu Yunus dalam astronomi yang lainnya adalah Kitab
ghayat al-intifa. Kitab itu berisi tabel bola astronomi yang digunakan untuk
mengatur waktu di Kairo, Mesir hingga abad ke-19 M. Sebagai astronom
terpandang, Ibnu Yunus melakukan penelitian dan observasi astronomi secara
hati-hati dan teliti. Tak heran, jika berbagai penemuannya terkait astronomi
selalu akurat dan tepat.
Ibnu Yunus juga diyakini para
sejarawan sebagai orang pertama yang menggunakan bandul untuk mengukur waktu
pada abad ke-10 M. Ia menggunakan bandul untuk memastikan akurasi dan ketepatan
waktu. Dengan begitu, Ibnu Yunus merupakan penemu pertama bandul waktu, bukan
Edward Bernard dari Inggris, seperti yang diklaim masyarakat Barat.
Tak cuma itu, Ibnu Yunus juga
telah mampu menjelaskan 40 planet pada abad ke-10 M. Selain itu, ia juga telah
menyaksikan 30 gerhana bulan. Ia mampu menjelaskan konjungsi planet secara
akurat yang terjadi pada abad itu. “Konjungsi Venus dan Merkurius pada Gemini.
Waktu itu kira-kira delapan ekuinoksial jam setelah pertengahan hari, di hari
Ahad. Merkurius berada di utara Venus dan garis lintang mereka berbeda tiga
derajat,” tutur Ibnu Yunus.
Buah pemikiran Ibnu Yunus mampu
mempengaruhi ilmuwan Barat. ”Pada abad ke-19 M, Simon Newcomb menggunakan teori
yang ditemukan Ibnu Yunus untuk menentukan percepatan bulan,” papar John J
O’Connor, dan Edmund F Robertson, dalam karyanya Abul-Hasan Ali ibnu Abd
al-Rahman ibnu Yunus”.
Ibnu Yunus juga telah membuat
rumus waktu. Ia menggunakan nilai kemiringan sudut rotasi bumi terhadap bidang
ekliptika sebesar 23,5 derajat. Tabel tersebut cukup akurat, walaupun terdapat
beberapa error untuk altitude yang besar. Ibnu Yunus juga menyusun tabel yang
disebut Kitab as-Samt berupa azimuth matahari sebagai fungsi altitude dan
longitude matahari untuk kota Kairo. Selain itu, disusun pula tabel a(h) saat
equinox untuk h = 1, 2, …, 60 derajat.Sebagai bentuk pengakuan dunia astronomi
terhadap kiprahnya, namanya diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan.
Salah satu kawah di permukaan bulan ada yang dinamakan Ibn Yunus. Ia
menghabiskan masa hidupnya selama 30 tahun dari 977-1003 M untuk memperhatikan
benda-benda di angkasa. Dengan menggunakan astrolabe yang besar, hingga
berdiameter 1,4 meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan
mengenai kedudukan matahari sepanjang tahun.
4. Al-Farghani
Nama lengkapnya Abu’l-Abbas
Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia merupakan salah seorang sarjana
Islam dalam bidang astronomi yang amat dikagumi. Beliau adalah merupakan salah
seorang ahli astronomi pada masa Khalifah Al-Ma’mun. Dia menulis mengenai
astrolabe dan menerangkan mengenai teori matematik di balik penggunaan
peralatan astronomi itu. Al-Farghani melakukan eksperimen untuk menentukan
diameter bumi. Ia menjabarkan pula jarak dan diameter planet-planet lainnya.
Astronom ini juga memperkenalkan istilah-istilah dari bahasa Arab asli seperti
azimuth, zenith, nadir,dansebagainya. Al-Farghani menulis dua karya yang
masyhur. Salah satunya adalah Fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum.
Buku tersebut mengupas gerakan celestial dan kajian atas bintang. Naskah asli
berbahasa Arab kedua buku itu sampai saat ini masih tersimpan di Paris
(Prancis) dan Berlin (Jerman).
Pada abad ke-12 M, karya
Al-Farghani telah diterjemahkan dengan judul The Elements of Astronomy.
Terjemahan ini telah memberi pengaruh besar bagi perkembangan astronomi di
Eropa sebelum masa Regiomontanus.
5. Al-Zarqali (1029-1087M)
Saintis Barat mengenalnya
dengan panggilan Arzachel. Wajah Al-Zarqali diabadikan pada setem di Spanyol,
sebagai bentuk penghargaan atas sumbangannya terhadap penciptaan astrolabe yang
lebih baik. Beliau telah menciptakan jadwal Toledan dan juga merupakan seorang
ahli yang menciptakan astrolabe yang lebih kompleks bernama Safiha.
6. Jabir Ibn Aflah (1145M)
Sejatinya Jabir Ibn Aflah atau
Geber adalah seorang ahli matematik Islam berbangsa Spanyol. Namun, Jabir pun
ikut memberi warna da kontribusi dalam pengembangan ilmu astronomi. Geber,
begitu orang barat menyebutnya, adalah ilmuwan pertama yang menciptakan sfera
cakrawala mudah dipindahkan untuk mengukur dan menerangkan mengenai pergerakan
objek langit. Jabir bin Aflah adalah astronom Muslim pertama di Eropa yang
membangun observatorium Giralda. Observatorium ini terletak di kota
kelahirannya, Serville.
Adapun karya astronominya
antara lain buku berjudul The Book of Astronomy. Salinan buku ini sampai
sekarang masih tersimpan di Berlin. Dalam buku tersebut, Jabir dengan tajam
mengkritik beberapa pandangan dan pikiran astronom Ptolemaneus, terutama
pendapat yang menegaskan bahwa planet-planet yang paling dekat dengan
matahari–merkurius dan venus–tidak mempunyai nilai parallax, yaitu perubahan
kedudukan suatu benda karena perpindahan tempat pengamatan. Jabir sendiri memberi
nilai parallax sekitar 3 derajat untuk matahari. Juga menyatakan bahwa
planet-planet lebih dekat dengan bumi daripada dengan matahari.
Komentar
Posting Komentar